Evaporasi adalah metode yang digunakan secara luas untuk memekatkan cairan encer, yang melibatkan penghilangan sejumlah air dari larutan dengan memanaskan cairan dalam suatu tangki, sebuah evaporator, dan membangkitkan uap dari pelarut ( Richardson et.al, 2002).
Dengan
kata lain, evaporasi merupakan proses pemekatan larutan yang mengandung zat
nonvolatile dengan cara mengusir solvent (biasanya air). Produk berupa
larutan pekat yang disebut liquor. Alat yang berfungsi untuk melakukan proses
evaporasi disebut evaporator, terdiri atas bagian-bagian berikut:
1. Heat
exchanger (HE). Berfungsi memberikan panas laten penguapan kepada cairan yang
masuk.
2. Vapor
space( Vapor head/ vapor disengagement). Berfungsi sebagai ruang dimana uap dan
larutan terpisah.
3. Liquid
mover. Berfungsi sebagai pemindah atau penggerak cairan, biasanya berupa pompa
atau secara alami dengan memanfaatkan gravitasi. (Prieve, 2001).
Secara
umum, tipe evaporator berdasarkan susunannya dikategorikan dalam 3 tipe. Ketika
evaporator tunggal digunakan, uap dari cairan yang dipanaskan akan
dikondensasikan lalu dibuang. Metode ini disebut Single-effect evaporation, dan
meskipun sederhana, metode ini kurang efektif dalam penggnuaan steam. Jika uap
dari satu evaporator dimasukkan ke dalam ruang steam pada evaporator lain, dan
uap dari evaporator kedua ini dikirim ke condenser, maka metode disebut
Double-effect evaporation. Dengan penambahan sejumlah evaporator, maka
metode menjadi Multiple-effect evaporation. (McCabe et.al, 1993).
Berbagai
alat evaporator antara lain Horizontal tube evaporator, Vertical tube
evapotaor, dan Falling film evaporator. Alat evaporator yang paling banyak
digunakan adalah Muliple-effect vertical tube evaporator.
Bagian-bagian vertical tube evaporator (sumber: Richardson et.al, 2002) |
Multiple-effect
vertical tube evaporator bekerja dengan prinsip transfer panas secara konduksi.
Larutan encer yang akan dipekatkan (feed) dialirkan ke dalam tube, sedangkan
steam sebagai media pemanas dialirkan didalam shell. Ketika memasuki heat
exchanger, larutan akan mendapatkan transfer panas laten dari steam yang
mengalir di dalam tube. Sebagian pelarut akan menguap, menimbulkan gelembung
(bubbles), yang pada proses ini masih tercampur didalam larutan.
Gelembung uap yang tercampur dengan larutan ini kemudian menuju vapor space, dimana terdapat baffle plate atau pelat yang berfungsi memisahkan uap dari larutan yang telah pekat (liquor). Dari sini, vapor (uap) yang terbentuk akan dikeluarkan. Pada multi-effect evaporator, uap ini akan digunakan sebagai media pemanas pengganti steam pada evaporator berikutnya. Sedangkan pada single-effect evaporator, uap akan diembunkan dan dibuang.
Sementara itu liquor kembali memasuki tube (apabila menggunakan metode sirkulasi), atau keluar sebagai larutan pekat (apabila menggunakan metode once-trough).
Cara kerja vertical tube
evaporator (sumber: Prieve, 2001)
Kelebihan
vertical tube dibandingkan dengan evaporator jenis lain, antara lain sebagi
berikut:
1. Pada
dasarnya semua multiple-effect evaporator memiliki keuntungan termodinamik yang
besar, karena pada metode ini suhu larutan tidak berubah, atau dengan kata lain
perbedaan suhu antara steam dengan larutan adalah konstan di selmua tempat.
2. Koefisien
transfer panas yang lebih besar.
3. Proses
ini mampu memproduksi lebih banyak dan lebih cepat, yang berarti lebih
menguntungkan dalam hal biaya.
4. Vertical
tube evaporator biasanya bekerja dengan metode once-trough tanpa sirkulasi,
sehingga lebih sederhana.
5. Dengan
metode once-trough dan forward feed, kecenderungan untuk membentuk
kerusakan dalam permukaan transfer panas, yang mana merupakan fungsi dari
konsentrasi dan suhu, dapat diminimalisasi.
6. Keunikan vertical tube evaporator adalah kemampuannya untuk menggunakan tube bergalur. Inovasi ini membawa keuntungan terkait permukaan transfer panas dan shell yang melingkupinya. ( Hammond dan Sephton, 2010).
Aplikasi
Multiple-effect vertical tube evaporator pada industri kimia antara lain pada
industri gula. Evaporator digunakan pada proses evaporasi setelah proses
liming, untuk mendapatkan larutan gula yang lebih pekat, baru kemudian memasuki
crystallizer untuk dikristalkan.
Secara
umum, tahap dalam proses produksi gula meliputi:
1. Ekstraksi. Pada
tahap ini tebu dihancurkan dalam penggiling putar, kemudian cairan tebu dan
serat tebu dipisahkan.
2. Pengendapan
(liming). Terjadi proses pembersihan jus hasil ekstraksi dengan semacam
kapur (slanked lime), untuk mengendapakan pengotor yang terkandung dalam hasil ekstraksi.
3. Penguapan
(evaporasi). Jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara evaporasi. Pada
tahap inilah vertical tube evaporator digunakan.
4. Pendidihan
(kristalisasi). Sirup kental hasil evaporasi masuk ke tangki kristalisasi
untuk memperoleh kristal gula.
5. Penyimpanan. Gula
kasar disimpan dan bisa langsung digunakan, tetapi biasanya akan dilakukan
proses pemurnian lebih lanjut, hingga didapat gula yang benar-benar murni.
Proses pemurnian meliputi afinasi, karbonatasi, decolorization, dan pendidihan
(kristalisasi).
Selain
pada industri gula, alat ini juga digunakan pada pabrik garam, industri bahan
kimia, industri makanan dan minuman, dan kilang minyak.